Selasa, 19 November 2013



PENGERTIAN DIGITAL MEDIA
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit. Dalam gambaran yang mudah-mudah saja, proses biner seperti saklar lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu Off (0) dan On (1). Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam posisi A, misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan jika dinyalakan dalam posisi B, ia akan membentuk gambar hati. Begitulah kira-kira biner digital tersebut.
Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa, munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan buruk. 

PERKEMBANGAN DIGITAL MEDIA

Perkembangan teknologi komunikasi digital dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini telah berimbas pada menurunnya jumlah pembaca media cetak atau surat kabar karena banyak orang yang mulai beralih ke media digital atau media online.
Perkembangan teknologi komunikasi digital tak ayal didukung oleh berbagai infrastruktur, seperti kemudahan koneksi internet (berbagai perusahaan penyedia layanan internet kini telah memperluas jaringannya hampir di sebagaian besar wilayah Indonesia), munculnya berbagai gadget atau smartphone canggih dengan model bervariatif dan harga yang terjangkau, berkembangnya sosial media, dan lain sebagainya.
Mari kita flashback ke 20 tahun yang lalu, saat itu koneksi internet sangat terbatas dan masyarakat masih awam terhadap dunia internet, belum ada smartphone dan pengetahuan masyarakat tentang dunia digital pun masih kurang. Saat itu surat kabar menjadi salah satu media komunikasi yang sangat populer, karena saat itu segmentasi media hanya dalam ruang lingkup televisi,  radio dan media cetak.
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi digital, ada beberapa perubahan besar yang terjadi di dunia media massa, dilihat dari sudut pandang pembaca dan perusahaan media:
Perubahan dari sisi  pembaca (konsumen)
Pembaca mendapatkan banyak kemudahan dalam mengakses berita atau informasi. hanya melalui smartphone, mereka bisa membaca berita, mencari informasi dan lain sebagainya.
Praktis, membaca berita melalui smartphone tentu lebih praktis jika dibandingkan dengan membaca koran.
Kemudahan berbagi informasi, saat pembaca mendapatkan informasi yang menarik, informatif dan inspiratif, mereka bisa dengan mudah membagikan informasi tersebut ke pembaca lainnya dengan melakukan ‘sharing‘ di sosial media.
Tidak banyak sampah kertas, saat pembaca selesai membaca seluruh halaman koran, maka yang terjadi adalah koran tersebut akan menjadi sampah kertas. Jika kita tidak mampu mengolahnya, maka sampah kertas tersebut akan sangat mengganggu. Namun, berbeda halnya jika Anda membaca berita melalui media digital.
Perubahan dari sisi perusahaan media (media massa)
Perusahaan-perusahaan media cetak mulai membangun website berita, hal ini sebagai bentuk adaptasi dari pesatnya perkembangan teknologi digital.
Perusahaan-perusahaan media menerapkan dua jenis media berita, yaitu media cetak dan media online, contoh: Kompas, Kapanlagi, Jawa Pos, Indo Pos, Nova dan lain sebagainya.
Fakta: Beberapa tahun yang lalu, ada beberapa perusahaan media cetak yang mengalami kebangkrutan karena mereka mulai kehilangan pembaca setia.
Meskipun media cetak dianggap telah tertinggal jika dibandingkan dengan media online, tapi bukan berarti media cetak tidak mampu menarik pembaca lagi. Terbukti di Indonesia, meskipun terjadi penurunan, namun masyarakat masih ada yang tetap berlangganan koran harian dan majalah.
Mengapa masyarakat masih terus mengkonsumsi media cetak seperti koran atau majalah? Hal ini biasanya dikarenakan nilai bobot berita (news value) media cetak lebih tinggi dibandingkan media online, karena media cetak menyampaikan berita lebih terperinci dan dalam, sedangkan media online cenderung pemberitaan yang singkat.
Meskipun perkembangan teknologi digital telah melesatkan media online, semoga media cetak, seperti surat kabar dan majalah akan tetap ada, karena keduanya (media cetak dan media online) memiliki karakteristik yang berbeda. Keberagaman itu indah, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar